Minggu, 27 Maret 2011

Tuberculosis

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.
Untuk terjadi penularan diperlukan kontak yang erat dengan penderita TB. Diperlukan seseorang dengan kadar bakteri 105 bakteri/mL untuk meningkatkan resiko penularan. Pada penderita ini biasanya sudah terjadi suatu kerusakan dari paru-paru yang cukup hebat. Kondisi rumah dengan ventilasi yang sedikit, perputaran udara yang lambat, menjadi faktor penting penularan kuman TB.
Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh, bergantung terhadap kemampuan tubuh sendiri untuk dapat mengeliminasi kuman tersebut, hal ini sangat bersifat individu. Apabila kondisi tubuh dalam kondisi yang tidak baik maka akan terjadi infeks primer, hal ini yang biasanya terjadi pada anak kecil, tetapi kemungkinan untuk penularannya kecil. Pada beberapa individu akibat fungsi tubuh yang baik akan membuat mikrobakterium menjadi “tidur”, dan setelah beberapa tahun dimana kondisi tubuh menjadi tidak baik, mikrobakterium akan bangun kembali dan menyebabkan infeksi sekunder, yang bersifat infeksius. Kondisi ini menjadi lebih berat apabila seseorang dewasa yang mendapatkan penyakit HIV yang pada masa kecil mendapatkan infeksi TB.
Insidensi TB paling tinggi pada paruh baya dan remaja muda. Sedangkan pada wanita paling tinggi pada usia 25 – 34 tahun.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala umum biasanya berupa batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Sedangkan
gejala lain yang sering dijumpai :
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.
Tuberkulosa dapat menyerang seluruh tubuh, sehingga gambaran pada masing-masing organ berbeda :
1. Paru-paru
Pertumbuhan bakteri terjadi di dalam paru-paru, pada anak kecil biasanya berkembang di lobus median dan bawah, disertai pembesaran kelenjar di hilus paru, yang semua ini tampak dari pemeriksaan x-ray dada. Perjalanan penyakit diawali dengan adanya batuk hilang timbul yang lebih dari 1 bulan, berat badan semakin berkurang cukup pesat, keringat malam, batuk berdahak, batuk berdarah, pembesaran kelenjar, lemah badan, dan nafsu makan berkurang. Pada anak kecil dan orang dewasa yang mengidap HIV, perjalanan penyakit dapat semakin berat. Kerusakan pada paru akan bertambah luas dan dapat menimbulkan kelainan lain seperti efusi pleura (paru-paru basah, terkumpulnya cairan dalam jumlah lebih dari normalh di rongga antara paru dan rongga dada), kebocoran paru, fibrosis paru, dan abses paru (infeksi TB di perberat dengan infeksi bakteri lain dari udara dan membentuk cairan nanah dalam jumlah besar).
Infeksi sekunder lebih sering terjadi pada dewasa, dari gambaran x-ray dada akan didapatkan gambaran infeksi terutama di daerah apex paru dan segmen posterior karena pada daerah tersebut terdapat kadar oksigen yang tinggi. Kelainan paru dapat berupa bercak hingga terbentuknya rongga akibat hancurnya sebagian paru.
2. Kelenjar Getah Bening.
Bentukan TB ekstrapulmonal yang paling sering adalah pembesaran dari kelenjar getah bening. Jenis kelainan ini paling sering terjadi pada penderita HIV. Benjolan paling sering terdapat di leher, diatas tulang belikat, solid dan tidak nyeri. Pada perjalanan selanjutnya apabila benjolan mengalami infeksi akan terbentuk bisul dan menyebabkan adanya luka yang tidak sembuh. Pemeriksaan pasti dengan mengambil sebagian contoh dari jaringan yang mengalami pembesaran baik secara biopsi terubuka atau dengan biopsi jarum.

3. Pleural tuberculosis
Penyebaran kuman TB ke jaringan pleura dapat terjadi secara langsung dari infeksi paru. Infeksi yang terjadi akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi dari cairan pleura sehingga menyebabkan berkumpulnya berlebihan cairan pleura dan menyebabkan efusi pleura. Penalataksaan efusi pleura bergantung dari jumlah dari cairan dan terganggunya sistem pernafasan. Cairan berwarnan kekuningan dan terkadang disertai warna kemerahan.
Pyothorak merupakan salah satu efek samping yang paling berat, kondisi ini disebabkan oleh pecahnya salahsatu bleb yang disertai masuknya bakteri dari luar dan menyebabkan infeksi. Diperlukan drainase yang adekuat disertai pemberian antibiotik, pada akhirnya akibat adanya nanah di rongga dada akan menyebabkan penebalan dari selaput pleura yang akan mengganggu kerja dari sistem pernafasan.
4. Genitourinaria
Angka kejadian kurang dari 15%, penyebarannya dari paru-paru melalui darah dan berada di sistem urinaria. Keluhan yang timbul dapat berupa nyeri, sering bak, bak berdarah, dan nyeri peinggang, tetapi dapat juga tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum.
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. Angka insidensi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria. Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan kemandulan.
5. Tulang
Angka kasus mencapai 10%, terutama pada tulang dan sendi, penyebaran juga sama diakibatkan oleh penyebaran dari paru melalui darah. Tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang penahan beban seperti tulang belakang, panggul, dan lutut). Kerusakan yang terjadi pada tulang belakang menimbulkan kerusakan tulang dan menyebabkan kerusakan dari tulang rawan yang berada diantara tulang belakang. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan bentuk dari tulang belakang menjadi lebih miring atau lebih bungkuk. Hal lain yang dapat terjadi adalah pembentukan dari abses dingin sehingga terlihat tulang belakang seperti memiliki punduk. Kerusakan tulang tidak selalu disertai dengan gangguan persarafan. Kerusakan saraf dapat dari hanya sekedar kebas sampai tidak dapat menggerakkan anggota badan. Diagnosa ditegakkan dengan mengambil sedikit jaringan dari abses dingin dan diperiksakan melalui patologi.
6. Selaput otak
Insidensi infeksi selaput otak hanya 5%. Penyebarannya sama berawal dari paru menyebar melalui darah. Infeksi pada selaput otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, gangguan sensoris dan kekakuan punduk. Berbeda dengan infeksi biasa, infeks yang disebabkan TB akan berlangsung lebih lama. Salah satu efek samping infeksi ini adalah gangguan sistem aliran cairan otak dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam selaput otak. Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan selaput otak dan memeriksakan secara mikroskopis. Pemeriksaan lain seperti CT scan dapat memberikan gambaran yang baik letak dan bentuk penyakit.
7. Sistem pencernaan
Berbagai teori dikembangkan untuk mencari bagaimana TB dapat masuk ke dalam sistem pencernaan. Didapatkan dua teori yang memungkinkan yaitu : tertelannya dahak yang mengandung TB, dan mengkonsumsi susu sapi yang mengandung Mycobacterium bovis. Usus halus sebelum usus besar merupakan tempat utama infeksi TB pertama kali. Secara klinis akan didapatkan keluhan nyeri, mual, kembung, diare, sumbatan saluran pencernaan, dan teraba benjolan di perut kanan bawah. Keluhan lain yang sering menyertai adalah demam, keringat malam, dan nafsu makan menurun.
Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi pecah dan infeksi yang terdapat didalam kelenjar tersebut akan meluas ke rongga abdomen dan penderita akan mengeluh nyeri hebat di seluruh atau sebagian perut.
8. Lainnya
TB dapat menyerang ke seluruh organ tubuh. Bentukannya dapat berupa kerusakan dari organ tersebut, atau hanya berupa benjolan berupa abses dingin saja. Tempat lain dapat ke mata, jantung dan lainnya.
Fakta tentang tuberkulosis :
1. Tuberkulosis menyebar dan menular melalui udara. Apabila tidak diterapi dengan tepat, setiap penderita TB dapat menginfeksi 10 – 15 orang pertahun.
2. Lebih dari 2 miliar orang (1/3 populasi dunia), terinfeksi bacilli, mikroba yang menyebabkan TB. Satu dari 10 orang tersebut akan menjadi aktif TB di setengah hidupnya. Mereka yang hidup dengan HIV memiliki resiko lebih tinggi.
3. Terdapat total angka kematian 1,77 juta manusia akibat TB di tahun 2007 (termasuk 456.000 dengan HIV), setara dengan 4800 kematian tiap hari. TB merupakan penyakit yang sering mengenai orang miskin, bergejala terutama pada usia muda dimana usia produktif seseorang. Angka kematian akibat TB paling banyak di negara berkembang dan setengahnya terdapat di Asia.
4. TB merupakan penyebab utama kematian pada penderita HIV, dimana terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh.
5. Terdapat 9,27 juta kasus TB pada tahun 2007, dimana 80% terdapat di 22 negara. Angka perkapita insidensi TB secara dunia terus turun, tetapi rata-rata penurunannya sangat rendah, kurang dari 1%.
6. TB merupakan pandemi. Diantara 15 negara yang memiliki insidensi tinggi TB, 13 negara berada di Afrika, sementara setengah dari semua kasus baru terdapat di 6 negara Asia (Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina).
7. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) merupakan bentuk lain dari TB yang tidak efektif terhadap pengobatan standar pertama. Kasus MDR-TB hampir terjadi di setiap negara.
8. Terdapat 511.000 kasus baru MDR-TB pada tahun 2007 dengan 56% kasus terdapat pada tiga negara yaitu : Cina, India dan Rusia. Extensively drug-resistant TB (XDR-TB) terjadi ketika didapatkan resistensi terhadap pengobatan standar lini kedua. Pada kasus ini pengobatan akan sangat sulit.
9. Strategi WHO Stop TB bertujuan untuk mendapatkan seluruh pasien dengan target : pada tahun 2015 prevalensi dan angka kematian TB turun hingga 50% dibandingkan tahun 1990 dan memiliki kecenderungan untuk turun terus menerus. Strategi ini menekankan kepentingan dari sistem kesehatan yang baik dan pentingnya penatalaksanaan yang tepat di Puskesmas daerah endemik TB.
10. Rencana dunia untuk menghentikan TB 2006 – 2015, di mulai pada Januari 2006, dengan investasi 67 miliar dolar US.
Referensi
1. http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
3. http://www.diskes.jabarprov.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar