Blog ini berisi tulisan yang berkaitan dengan ilmu radiologi dan tulisan menarik lainnya yang ada disekitar kita,selamat membaca.
Minggu, 27 Maret 2011
Tuberculosis
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.
Untuk terjadi penularan diperlukan kontak yang erat dengan penderita TB. Diperlukan seseorang dengan kadar bakteri 105 bakteri/mL untuk meningkatkan resiko penularan. Pada penderita ini biasanya sudah terjadi suatu kerusakan dari paru-paru yang cukup hebat. Kondisi rumah dengan ventilasi yang sedikit, perputaran udara yang lambat, menjadi faktor penting penularan kuman TB.
Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh, bergantung terhadap kemampuan tubuh sendiri untuk dapat mengeliminasi kuman tersebut, hal ini sangat bersifat individu. Apabila kondisi tubuh dalam kondisi yang tidak baik maka akan terjadi infeks primer, hal ini yang biasanya terjadi pada anak kecil, tetapi kemungkinan untuk penularannya kecil. Pada beberapa individu akibat fungsi tubuh yang baik akan membuat mikrobakterium menjadi “tidur”, dan setelah beberapa tahun dimana kondisi tubuh menjadi tidak baik, mikrobakterium akan bangun kembali dan menyebabkan infeksi sekunder, yang bersifat infeksius. Kondisi ini menjadi lebih berat apabila seseorang dewasa yang mendapatkan penyakit HIV yang pada masa kecil mendapatkan infeksi TB.
Insidensi TB paling tinggi pada paruh baya dan remaja muda. Sedangkan pada wanita paling tinggi pada usia 25 – 34 tahun.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala umum biasanya berupa batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Sedangkan
gejala lain yang sering dijumpai :
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.
Tuberkulosa dapat menyerang seluruh tubuh, sehingga gambaran pada masing-masing organ berbeda :
1. Paru-paru
Pertumbuhan bakteri terjadi di dalam paru-paru, pada anak kecil biasanya berkembang di lobus median dan bawah, disertai pembesaran kelenjar di hilus paru, yang semua ini tampak dari pemeriksaan x-ray dada. Perjalanan penyakit diawali dengan adanya batuk hilang timbul yang lebih dari 1 bulan, berat badan semakin berkurang cukup pesat, keringat malam, batuk berdahak, batuk berdarah, pembesaran kelenjar, lemah badan, dan nafsu makan berkurang. Pada anak kecil dan orang dewasa yang mengidap HIV, perjalanan penyakit dapat semakin berat. Kerusakan pada paru akan bertambah luas dan dapat menimbulkan kelainan lain seperti efusi pleura (paru-paru basah, terkumpulnya cairan dalam jumlah lebih dari normalh di rongga antara paru dan rongga dada), kebocoran paru, fibrosis paru, dan abses paru (infeksi TB di perberat dengan infeksi bakteri lain dari udara dan membentuk cairan nanah dalam jumlah besar).
Infeksi sekunder lebih sering terjadi pada dewasa, dari gambaran x-ray dada akan didapatkan gambaran infeksi terutama di daerah apex paru dan segmen posterior karena pada daerah tersebut terdapat kadar oksigen yang tinggi. Kelainan paru dapat berupa bercak hingga terbentuknya rongga akibat hancurnya sebagian paru.
2. Kelenjar Getah Bening.
Bentukan TB ekstrapulmonal yang paling sering adalah pembesaran dari kelenjar getah bening. Jenis kelainan ini paling sering terjadi pada penderita HIV. Benjolan paling sering terdapat di leher, diatas tulang belikat, solid dan tidak nyeri. Pada perjalanan selanjutnya apabila benjolan mengalami infeksi akan terbentuk bisul dan menyebabkan adanya luka yang tidak sembuh. Pemeriksaan pasti dengan mengambil sebagian contoh dari jaringan yang mengalami pembesaran baik secara biopsi terubuka atau dengan biopsi jarum.
3. Pleural tuberculosis
Penyebaran kuman TB ke jaringan pleura dapat terjadi secara langsung dari infeksi paru. Infeksi yang terjadi akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi dari cairan pleura sehingga menyebabkan berkumpulnya berlebihan cairan pleura dan menyebabkan efusi pleura. Penalataksaan efusi pleura bergantung dari jumlah dari cairan dan terganggunya sistem pernafasan. Cairan berwarnan kekuningan dan terkadang disertai warna kemerahan.
Pyothorak merupakan salah satu efek samping yang paling berat, kondisi ini disebabkan oleh pecahnya salahsatu bleb yang disertai masuknya bakteri dari luar dan menyebabkan infeksi. Diperlukan drainase yang adekuat disertai pemberian antibiotik, pada akhirnya akibat adanya nanah di rongga dada akan menyebabkan penebalan dari selaput pleura yang akan mengganggu kerja dari sistem pernafasan.
4. Genitourinaria
Angka kejadian kurang dari 15%, penyebarannya dari paru-paru melalui darah dan berada di sistem urinaria. Keluhan yang timbul dapat berupa nyeri, sering bak, bak berdarah, dan nyeri peinggang, tetapi dapat juga tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum.
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. Angka insidensi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria. Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan kemandulan.
5. Tulang
Angka kasus mencapai 10%, terutama pada tulang dan sendi, penyebaran juga sama diakibatkan oleh penyebaran dari paru melalui darah. Tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang penahan beban seperti tulang belakang, panggul, dan lutut). Kerusakan yang terjadi pada tulang belakang menimbulkan kerusakan tulang dan menyebabkan kerusakan dari tulang rawan yang berada diantara tulang belakang. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan bentuk dari tulang belakang menjadi lebih miring atau lebih bungkuk. Hal lain yang dapat terjadi adalah pembentukan dari abses dingin sehingga terlihat tulang belakang seperti memiliki punduk. Kerusakan tulang tidak selalu disertai dengan gangguan persarafan. Kerusakan saraf dapat dari hanya sekedar kebas sampai tidak dapat menggerakkan anggota badan. Diagnosa ditegakkan dengan mengambil sedikit jaringan dari abses dingin dan diperiksakan melalui patologi.
6. Selaput otak
Insidensi infeksi selaput otak hanya 5%. Penyebarannya sama berawal dari paru menyebar melalui darah. Infeksi pada selaput otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, gangguan sensoris dan kekakuan punduk. Berbeda dengan infeksi biasa, infeks yang disebabkan TB akan berlangsung lebih lama. Salah satu efek samping infeksi ini adalah gangguan sistem aliran cairan otak dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam selaput otak. Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan selaput otak dan memeriksakan secara mikroskopis. Pemeriksaan lain seperti CT scan dapat memberikan gambaran yang baik letak dan bentuk penyakit.
7. Sistem pencernaan
Berbagai teori dikembangkan untuk mencari bagaimana TB dapat masuk ke dalam sistem pencernaan. Didapatkan dua teori yang memungkinkan yaitu : tertelannya dahak yang mengandung TB, dan mengkonsumsi susu sapi yang mengandung Mycobacterium bovis. Usus halus sebelum usus besar merupakan tempat utama infeksi TB pertama kali. Secara klinis akan didapatkan keluhan nyeri, mual, kembung, diare, sumbatan saluran pencernaan, dan teraba benjolan di perut kanan bawah. Keluhan lain yang sering menyertai adalah demam, keringat malam, dan nafsu makan menurun.
Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi pecah dan infeksi yang terdapat didalam kelenjar tersebut akan meluas ke rongga abdomen dan penderita akan mengeluh nyeri hebat di seluruh atau sebagian perut.
8. Lainnya
TB dapat menyerang ke seluruh organ tubuh. Bentukannya dapat berupa kerusakan dari organ tersebut, atau hanya berupa benjolan berupa abses dingin saja. Tempat lain dapat ke mata, jantung dan lainnya.
Fakta tentang tuberkulosis :
1. Tuberkulosis menyebar dan menular melalui udara. Apabila tidak diterapi dengan tepat, setiap penderita TB dapat menginfeksi 10 – 15 orang pertahun.
2. Lebih dari 2 miliar orang (1/3 populasi dunia), terinfeksi bacilli, mikroba yang menyebabkan TB. Satu dari 10 orang tersebut akan menjadi aktif TB di setengah hidupnya. Mereka yang hidup dengan HIV memiliki resiko lebih tinggi.
3. Terdapat total angka kematian 1,77 juta manusia akibat TB di tahun 2007 (termasuk 456.000 dengan HIV), setara dengan 4800 kematian tiap hari. TB merupakan penyakit yang sering mengenai orang miskin, bergejala terutama pada usia muda dimana usia produktif seseorang. Angka kematian akibat TB paling banyak di negara berkembang dan setengahnya terdapat di Asia.
4. TB merupakan penyebab utama kematian pada penderita HIV, dimana terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh.
5. Terdapat 9,27 juta kasus TB pada tahun 2007, dimana 80% terdapat di 22 negara. Angka perkapita insidensi TB secara dunia terus turun, tetapi rata-rata penurunannya sangat rendah, kurang dari 1%.
6. TB merupakan pandemi. Diantara 15 negara yang memiliki insidensi tinggi TB, 13 negara berada di Afrika, sementara setengah dari semua kasus baru terdapat di 6 negara Asia (Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina).
7. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) merupakan bentuk lain dari TB yang tidak efektif terhadap pengobatan standar pertama. Kasus MDR-TB hampir terjadi di setiap negara.
8. Terdapat 511.000 kasus baru MDR-TB pada tahun 2007 dengan 56% kasus terdapat pada tiga negara yaitu : Cina, India dan Rusia. Extensively drug-resistant TB (XDR-TB) terjadi ketika didapatkan resistensi terhadap pengobatan standar lini kedua. Pada kasus ini pengobatan akan sangat sulit.
9. Strategi WHO Stop TB bertujuan untuk mendapatkan seluruh pasien dengan target : pada tahun 2015 prevalensi dan angka kematian TB turun hingga 50% dibandingkan tahun 1990 dan memiliki kecenderungan untuk turun terus menerus. Strategi ini menekankan kepentingan dari sistem kesehatan yang baik dan pentingnya penatalaksanaan yang tepat di Puskesmas daerah endemik TB.
10. Rencana dunia untuk menghentikan TB 2006 – 2015, di mulai pada Januari 2006, dengan investasi 67 miliar dolar US.
Referensi
1. http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
3. http://www.diskes.jabarprov.go.id
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.
Untuk terjadi penularan diperlukan kontak yang erat dengan penderita TB. Diperlukan seseorang dengan kadar bakteri 105 bakteri/mL untuk meningkatkan resiko penularan. Pada penderita ini biasanya sudah terjadi suatu kerusakan dari paru-paru yang cukup hebat. Kondisi rumah dengan ventilasi yang sedikit, perputaran udara yang lambat, menjadi faktor penting penularan kuman TB.
Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh, bergantung terhadap kemampuan tubuh sendiri untuk dapat mengeliminasi kuman tersebut, hal ini sangat bersifat individu. Apabila kondisi tubuh dalam kondisi yang tidak baik maka akan terjadi infeks primer, hal ini yang biasanya terjadi pada anak kecil, tetapi kemungkinan untuk penularannya kecil. Pada beberapa individu akibat fungsi tubuh yang baik akan membuat mikrobakterium menjadi “tidur”, dan setelah beberapa tahun dimana kondisi tubuh menjadi tidak baik, mikrobakterium akan bangun kembali dan menyebabkan infeksi sekunder, yang bersifat infeksius. Kondisi ini menjadi lebih berat apabila seseorang dewasa yang mendapatkan penyakit HIV yang pada masa kecil mendapatkan infeksi TB.
Insidensi TB paling tinggi pada paruh baya dan remaja muda. Sedangkan pada wanita paling tinggi pada usia 25 – 34 tahun.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala umum biasanya berupa batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Sedangkan
gejala lain yang sering dijumpai :
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.
Tuberkulosa dapat menyerang seluruh tubuh, sehingga gambaran pada masing-masing organ berbeda :
1. Paru-paru
Pertumbuhan bakteri terjadi di dalam paru-paru, pada anak kecil biasanya berkembang di lobus median dan bawah, disertai pembesaran kelenjar di hilus paru, yang semua ini tampak dari pemeriksaan x-ray dada. Perjalanan penyakit diawali dengan adanya batuk hilang timbul yang lebih dari 1 bulan, berat badan semakin berkurang cukup pesat, keringat malam, batuk berdahak, batuk berdarah, pembesaran kelenjar, lemah badan, dan nafsu makan berkurang. Pada anak kecil dan orang dewasa yang mengidap HIV, perjalanan penyakit dapat semakin berat. Kerusakan pada paru akan bertambah luas dan dapat menimbulkan kelainan lain seperti efusi pleura (paru-paru basah, terkumpulnya cairan dalam jumlah lebih dari normalh di rongga antara paru dan rongga dada), kebocoran paru, fibrosis paru, dan abses paru (infeksi TB di perberat dengan infeksi bakteri lain dari udara dan membentuk cairan nanah dalam jumlah besar).
Infeksi sekunder lebih sering terjadi pada dewasa, dari gambaran x-ray dada akan didapatkan gambaran infeksi terutama di daerah apex paru dan segmen posterior karena pada daerah tersebut terdapat kadar oksigen yang tinggi. Kelainan paru dapat berupa bercak hingga terbentuknya rongga akibat hancurnya sebagian paru.
2. Kelenjar Getah Bening.
Bentukan TB ekstrapulmonal yang paling sering adalah pembesaran dari kelenjar getah bening. Jenis kelainan ini paling sering terjadi pada penderita HIV. Benjolan paling sering terdapat di leher, diatas tulang belikat, solid dan tidak nyeri. Pada perjalanan selanjutnya apabila benjolan mengalami infeksi akan terbentuk bisul dan menyebabkan adanya luka yang tidak sembuh. Pemeriksaan pasti dengan mengambil sebagian contoh dari jaringan yang mengalami pembesaran baik secara biopsi terubuka atau dengan biopsi jarum.
3. Pleural tuberculosis
Penyebaran kuman TB ke jaringan pleura dapat terjadi secara langsung dari infeksi paru. Infeksi yang terjadi akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi dari cairan pleura sehingga menyebabkan berkumpulnya berlebihan cairan pleura dan menyebabkan efusi pleura. Penalataksaan efusi pleura bergantung dari jumlah dari cairan dan terganggunya sistem pernafasan. Cairan berwarnan kekuningan dan terkadang disertai warna kemerahan.
Pyothorak merupakan salah satu efek samping yang paling berat, kondisi ini disebabkan oleh pecahnya salahsatu bleb yang disertai masuknya bakteri dari luar dan menyebabkan infeksi. Diperlukan drainase yang adekuat disertai pemberian antibiotik, pada akhirnya akibat adanya nanah di rongga dada akan menyebabkan penebalan dari selaput pleura yang akan mengganggu kerja dari sistem pernafasan.
4. Genitourinaria
Angka kejadian kurang dari 15%, penyebarannya dari paru-paru melalui darah dan berada di sistem urinaria. Keluhan yang timbul dapat berupa nyeri, sering bak, bak berdarah, dan nyeri peinggang, tetapi dapat juga tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum.
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. Angka insidensi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria. Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan kemandulan.
5. Tulang
Angka kasus mencapai 10%, terutama pada tulang dan sendi, penyebaran juga sama diakibatkan oleh penyebaran dari paru melalui darah. Tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang penahan beban seperti tulang belakang, panggul, dan lutut). Kerusakan yang terjadi pada tulang belakang menimbulkan kerusakan tulang dan menyebabkan kerusakan dari tulang rawan yang berada diantara tulang belakang. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan bentuk dari tulang belakang menjadi lebih miring atau lebih bungkuk. Hal lain yang dapat terjadi adalah pembentukan dari abses dingin sehingga terlihat tulang belakang seperti memiliki punduk. Kerusakan tulang tidak selalu disertai dengan gangguan persarafan. Kerusakan saraf dapat dari hanya sekedar kebas sampai tidak dapat menggerakkan anggota badan. Diagnosa ditegakkan dengan mengambil sedikit jaringan dari abses dingin dan diperiksakan melalui patologi.
6. Selaput otak
Insidensi infeksi selaput otak hanya 5%. Penyebarannya sama berawal dari paru menyebar melalui darah. Infeksi pada selaput otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, gangguan sensoris dan kekakuan punduk. Berbeda dengan infeksi biasa, infeks yang disebabkan TB akan berlangsung lebih lama. Salah satu efek samping infeksi ini adalah gangguan sistem aliran cairan otak dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam selaput otak. Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan selaput otak dan memeriksakan secara mikroskopis. Pemeriksaan lain seperti CT scan dapat memberikan gambaran yang baik letak dan bentuk penyakit.
7. Sistem pencernaan
Berbagai teori dikembangkan untuk mencari bagaimana TB dapat masuk ke dalam sistem pencernaan. Didapatkan dua teori yang memungkinkan yaitu : tertelannya dahak yang mengandung TB, dan mengkonsumsi susu sapi yang mengandung Mycobacterium bovis. Usus halus sebelum usus besar merupakan tempat utama infeksi TB pertama kali. Secara klinis akan didapatkan keluhan nyeri, mual, kembung, diare, sumbatan saluran pencernaan, dan teraba benjolan di perut kanan bawah. Keluhan lain yang sering menyertai adalah demam, keringat malam, dan nafsu makan menurun.
Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi pecah dan infeksi yang terdapat didalam kelenjar tersebut akan meluas ke rongga abdomen dan penderita akan mengeluh nyeri hebat di seluruh atau sebagian perut.
8. Lainnya
TB dapat menyerang ke seluruh organ tubuh. Bentukannya dapat berupa kerusakan dari organ tersebut, atau hanya berupa benjolan berupa abses dingin saja. Tempat lain dapat ke mata, jantung dan lainnya.
Fakta tentang tuberkulosis :
1. Tuberkulosis menyebar dan menular melalui udara. Apabila tidak diterapi dengan tepat, setiap penderita TB dapat menginfeksi 10 – 15 orang pertahun.
2. Lebih dari 2 miliar orang (1/3 populasi dunia), terinfeksi bacilli, mikroba yang menyebabkan TB. Satu dari 10 orang tersebut akan menjadi aktif TB di setengah hidupnya. Mereka yang hidup dengan HIV memiliki resiko lebih tinggi.
3. Terdapat total angka kematian 1,77 juta manusia akibat TB di tahun 2007 (termasuk 456.000 dengan HIV), setara dengan 4800 kematian tiap hari. TB merupakan penyakit yang sering mengenai orang miskin, bergejala terutama pada usia muda dimana usia produktif seseorang. Angka kematian akibat TB paling banyak di negara berkembang dan setengahnya terdapat di Asia.
4. TB merupakan penyebab utama kematian pada penderita HIV, dimana terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh.
5. Terdapat 9,27 juta kasus TB pada tahun 2007, dimana 80% terdapat di 22 negara. Angka perkapita insidensi TB secara dunia terus turun, tetapi rata-rata penurunannya sangat rendah, kurang dari 1%.
6. TB merupakan pandemi. Diantara 15 negara yang memiliki insidensi tinggi TB, 13 negara berada di Afrika, sementara setengah dari semua kasus baru terdapat di 6 negara Asia (Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina).
7. Multidrug-resistant TB (MDR-TB) merupakan bentuk lain dari TB yang tidak efektif terhadap pengobatan standar pertama. Kasus MDR-TB hampir terjadi di setiap negara.
8. Terdapat 511.000 kasus baru MDR-TB pada tahun 2007 dengan 56% kasus terdapat pada tiga negara yaitu : Cina, India dan Rusia. Extensively drug-resistant TB (XDR-TB) terjadi ketika didapatkan resistensi terhadap pengobatan standar lini kedua. Pada kasus ini pengobatan akan sangat sulit.
9. Strategi WHO Stop TB bertujuan untuk mendapatkan seluruh pasien dengan target : pada tahun 2015 prevalensi dan angka kematian TB turun hingga 50% dibandingkan tahun 1990 dan memiliki kecenderungan untuk turun terus menerus. Strategi ini menekankan kepentingan dari sistem kesehatan yang baik dan pentingnya penatalaksanaan yang tepat di Puskesmas daerah endemik TB.
10. Rencana dunia untuk menghentikan TB 2006 – 2015, di mulai pada Januari 2006, dengan investasi 67 miliar dolar US.
Referensi
1. http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
3. http://www.diskes.jabarprov.go.id
Relaksasi dalam Magnetic Resonance Imajing
A.Pendahuluan
Sejak pengenalan pencitraan klinis hampir dua dekade lalu, Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah secara radikal mengubah praktek kedokteran pada umumnya dan radiologi pada khususnya. Seperti pendahulunya, X-ray computed tomography (CT), MRI adalah pencitraan berbasis modalitas komputer , yang menampilkan tubuh dalam irisan tipis tomografi
Tidak seperti CT, yang memerlukan radiasi pengion, MRI didasarkan pada interaksi yang aman antara gelombang radio dan inti hidrogen di dalam tubuh dalam medan magnet yang kuat. Selain itu lebih aman daripada CT, MRI menghasilkan gambar, yang sering kali lebih baik daripada CT. Ini tidak hanya mencerminkan kontras yang lebih baik antara lesi dan organ sekitarnya, tetapi juga kemampuan untuk menampilkan lesi dalam berbagai bidang proyeksi. Dalam CT, orang harus discan dalam gantry yaitu secara aksial atau semi-coronal. Dalam MRI, seseorang dapat memperoleh gambar secara langsung dalam setiap bidang yaitu, aksial, sagital, coronal.
Dalam kedua CT dan MRI, karakteristik fisik elemen volume atau "voxel" dari jaringan yang diterjemahkan oleh komputer menjadi gambar dua dimensi yang terdiri dari unsur-unsur gambar atau "piksel". Hal ini berguna untuk membandingkan faktor-faktor penentu intensitas pixel dalam CT dan MRI untuk menunjukkan perbedaan dalam metode pencitraan. Intensitas pixel di CT mencerminkan kerapatan elektron, dalam MRI itu mencerminkan densitas hidrogen, umumnya seperti air (H20) atau lemak. Untuk lebih tepatnya, intensitas sinyal MR mencerminkan kepadatan inti hydrogen yang bergerak diubah oleh lingkungan kimiawi, yaitu dengan waktu relaksasi magnetik , T1 dan T2, dan gerakan. Inti hidrogen adalah satu proton. Karena itu bermuatan (positif) dan saat berputar (melakukan spin), menghasilkan medan magnet kecil (suatu "momen magnetik"). Seperti jarum kompas di medan magnet bumi, momen magnet ini align bila ditempatkan dalam medan magnet yang lebih besar
Hal ini memungkinkan mereka untuk menampilkan fenomena resonansi magnetik nuklir (NMR). Ahli Kimia dan fisika telah menggunakan NMR selama lebih dari 50 tahun untuk analisis kimia. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan NMR hanya terdiri dari magnet yang kuat dan sebuah radio pemancar dan penerima. Ketika NMR digunakan untuk analisis kimia, medan magnet di tabung sampel harus sangat- sangat seragam, sering kali untuk satu bagian dalam 100 juta (0,01 ppm). Ketika NMR digunakan untuk pencitraan itu disebut MRI dan medan magnet di seluruh tubuh-ukuran sampel tersebut sengaja dibuat non-seragam Dengan menempatkan tambahan gradien medan magnet yang dapat diaktifkan dan dinonaktifkan dengan cepat
Aktivasi tambahan ini menghasilkan medan magnet gradien bersih dalam kekuatan medan magnet di seluruh tubuh yang diperlukan untuk spasial lokalisasi dan pencitraan.
Dengan demikian, komponen penting dari sebuah sistem MRI meliputi:
(1) magnet besar yang menghasilkan medan magnet yang seragam,
(2) lebih kecil kumparan elektromagnetik untuk menghasilkan medan magnet gradien untuk imaging, dan
(3) radio pemancar dan penerima dan terkait transmisi dan penerimaan antena atau kumparan. Selain komponen fundamental ini, sebuah komputer yang diperlukan untuk mengkoordinasikan generasi sinyal dan akuisisi dan pembentukan dan menampilkan gambar .
Gambaran Cara kerja MRI secara sederhana : Ketika tubuh terletak pada sebuah magnet, ia menjadi magnet sementara. Keadaan ini dicapai ketika nuklei hidrogen dalam tubuh sejajar dengan medan magnet. Ketika magnet, tubuh merespon paparan radiowaves pada frekuensi tertentu dengan mengirimkan kembali sinyal radiowave disebut "spin echo". Fenomena ini (NMR) hanya terjadi pada satu frekuensi (yang "Larmor frekuensi") yang sesuai dengan kekuatan khusus medan magnet. Echo spin sinyal terdiri dari beberapa frekuensi, yang mencerminkan posisi yang berbeda sepanjang gradien medan magnet. Ketika sinyal dipecah menjadi komponen-komponen frekuensi (dengan teknik yang disebut "Fourier Transform"), besarnya masing-masing sinyal pada frekuensi berbanding lurus dengan kerapatan hidrogen di lokasi tersebut, sehingga memungkinkan sebuah gambar yang akan dibangun. Dengan demikian, informasi spasial di MRI terdapat dalam frekuensi sinyal, tidak seperti sinar-X berbasis modalitas pencitraan seperti CT.
Magnetisasi:
Segera setelah ditempatkan dalam medan magnet, ada jumlah proton sama menunjuk utara dan selatan atau "sejajar" dan "anti-paralel" dengan medan magnet utama . Dengan demikian, pada awalnya magnetik individu membatalkan satu sama lainnya. Dalam beberapa detik (dalam bahan biologi), sebuah redistribusi terjadi sedemikian rupa sehingga sedikit lebih banyak nuklei hidrogen (satu dalam satu juta) menyelaraskan sejajar dengan bidang dan tubuh dikatakan "magnet"
Setelah penempatan di magnet, magnetisasi meningkat secara eksponensial dengan orde pertama konstanta waktu eksponensial yang dikenal sebagai waktu relaksasi Tl (yang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan 63% dari ekuilibrium magnetisasi)
Magnetisasi pada pada puncak nilai kesetimbangan bergantung pada kerapatan hidrogen.
Meskipun pada kesetimbangan hanya poin magnetisasi sepanjang sumbu medan magnet utama (didefinisikan sebagai sumbu z), secara umum dapat menunjuk ke arah manapun
Magnetisasi adalah besaran vektor yang dapat diwakili oleh "longitudinal" komponen sepanjang z dan dengan komponen kedua tegak lurus dengan yang pertama disebut "magnetisasi transversal", yang ada dalam bidang xy. Hanya magnetisasi transversal menghasilkan sinyal.
Hasil magnetisasi transversal ketika sebuah pulsa RF tips magnetisasi longitudinal berjalan dari z-sumbu ke arah bidang transversal (xy). Sebuah 90 °pulsa RF tips yang magnetisasi sepanjang jalan ke bidang xy.
Sebuah pulsa RF 180° (dua kali lebih kuat ) tips yang magnetisasi sehingga menunjuk°atau dua kali selama Pulsa 90 ke bawah, di sepanjang z-sumbu. Sebuah pulsa 90° mengkonversi semua magnetisasi longitudinal untuk magnetisasi transversal.Akan tetapi jika °tidak pulsa 90 ° , sebuah pulsa 180 tidak dapat menghasilkan magnetisasi transversal., magnetisasi maksimum transversal (dan sinyal maksimum) hasil dari flip angle 90°,berkurangnya flip angle dari 90° tidak menyebabkan hilangnya semua magnetisasi longitudinal, dan karena itu mereka juga menghasilkan lebih sedikit magnetisasi transversal per flip. Namun, karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk pemulihan longitudinal, mereka dapat
diulang dengan cepat, dan menghasilkan lebih banyak magnetisasi transversal (yaitu lebih sinyal per satuan waktu). Ini adalah dasar untuk gradien echo imaging.
Magnetisasi transversal Setiap kali hadir, ia berputar atau "presesi" seperti gasing tentang z-sumbu di resonansi (Larmor) frekuensi,
yang juga merupakan frekuensi sinyal echo spin diinduksikan pada kumparan RF. Hanya komponen rotasi magnetisasi melintang dan dapat dideteksi, magnetisasi longitudinal tersebut tidak berotasi dan tidak dapat dideteksi secara langsung.
Dua jenis sinyal MR dapat diproduksi oleh magnetisasi transversal. Segera setelah sebuah pulsa RF, sinyal yang dihasilkan oleh freely rotating berputar, magnetisasi transversal mengalami decay. Sinyal ini disebut sebagai "free induction decay" atau "FID". Magnetisasi transversal meluruh dengan cepat karena non- keseragaman dalam medan magnet utama yang menyebabkan proton untuk beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda pada posisi yang sedikit berbeda dalam voxel. Sebagaimana proton ini keluar dari fase (yaitu, "lose fase coherense") magnetisasi transversal (dan induced signal) yang hilang secara eksponensial.Konstanta waktu decay ini disebut T2 .
Saat pulsa 90° dan pulsa 180° diterapkan secara berurutan, dihasilkan spin-echo sinyal.
Tujuan pulsa 180 °adalah untuk "memfokuskan kembali" fase dari proton, yang menyebabkan mereka untuk mendapatkan kembali koherensi dan dengan demikian memulihkan magnetisasi transversal, menghasilkan spin echo. (Rephasing serupa dapat dilakukan dengan membalik gradient fields secara simetris, menghasilkan sebuah "gradient" atau "echo field".) Mengikuti spin echo, koherensi adalah hilang lagi sebagai proton yang terus beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda karena non-keseragaman dalam medan magnet utama. Jika Pulsa 180 ° lainnya diterapkan, koherensi dapat kembali ditetapkan untuk spin echo kedua .Pada kenyataannya multiple spin echo dapat dihasilkan sinyal jikapulsa 90° asli diikuti oleh multiple 180 °(atau gradien pembalikan).
Meskipun pulsa 180° menyebabkan terjadi beberapa kali rephasing (oleh non-keseragaman tetap di lapangan utama), rephrasing yang lengkap tidak mungkin karena medan magnet yang berfluktuasi secara acak di dalam substansi itu sendiri. Dengan demikian, intensitas maksimum dari sinyal spin echo di echo train dibatasi oleh kurva decay secara eksponensial (gambar 11). Konstanta waktu kurva decay ini adalah waktu relaksasi magnetic T2 yang kedua kalinya. T2 * selalu kurang dari T2 karena former termasuk non-keseragaman dalam magnet serta bidang
internal yang berfluktuasi secara acak dalam substansi. Decay T2 hanya karena fluktuasi bidang internal dalam substansi.
Pada umumnya, orang harus berhati-hati untuk membedakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan MR sinyal dari yang digunakan untuk menggambarkan MR pulse sequence karena kadang-kadang adalah sama. Sebuah sinyal FID hasil dari terminal pulsa RF 90 °. Sebuah konvensional sinyal spin echo sign hasil dari terminal pasangan pulsa RF 90° -180 .Sebuah Inversi Recovery (IR) sequence hasil dari sebuah pasangan pulsa 90°-180° (Sejak “ final RF Pulse “, dalam IR sequence ini adalah Pulsa 90° , sinyal FID diproduksi. Dengan menambahkan terminal pulsa 180° misalnya : 180 -90 -180 derajat sebuah IR sequence dapat menghasilkan spin echo sinyal .
Sebuah sinyal echo spin tradisional hasil dari rephasing keduanya secara temporally (oleh 180 pulsa) dan spasial (dengan pembalikan dari pembacaan gradien).Yang terakhir ini dilakukan dengan dephasing awalnya spin sepanjang readout axis dan kemudian rephasing mereka, menghasilkan sebuah "gradient" atau "field" echo. Dalam CT dan MRI, pabrik perbaikan parameter tertentu, dan parameter lainnya berada di bawah kendali operator. Pada MRI, parameter yang ditentukan oleh pabrik pada saat pembelian atau upgrade mencakup kekuatan lapangan/field strength (dalam Tesla) dan kekuatan gradien dalam (milliTesla per meter: mT / m) dan rice time (dalam sec).m Faktor-faktor di bawah kendali operator berdenyut termasuk memilih: pulshing sequence , sequence parameter times, ukuran matriks , ketebalan irisan dan jarak antara irisan, Field Of View(FOV), jumlah excitations, orientasi bidang pencitraan , jenis kumparan penerima, penggunaan cardiac gating, penggunaan kontras, dll .
Peningkatan resolusi spasial di CT umumnya dikaitkan dengan peningkatan dosis radiasi. Resolusi spasial di MRI dapat dihitung dari jumlah piksel sepanjang sumbu x dan y (yaitu "akuisisi matriks") dan field-of-view. Field-of-view, pada gilirannya, ditentukan oleh kekuatan dari gradien dan rentang frekuensi tertentu ( "bandwidth") yang terdeteksi. Untuk suatu sistem pencitraan MR, meningkatkan resolusi spasial (pada suatu sinyal-to-noise ratio, S / N) memerlukan waktu akuisisi yang lebih lama, namun tidak meningkatkan risiko terhadap pasien.
B. Relaxation (NMR)
Dalam resonansi magnetik nuklir (NMR) spektroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) istilah relaksasi menggambarkan beberapa proses dimana magnetisasi nuklir dipersiapkan dalam keadaan non-ekuilibrium kembali ke ekuilibrium distribusi. Dengan kata lain, relaksasi menggambarkan seberapa fast spins "forget" kearah di mana mereka berorientasi. Tingkat relaksasi spin ini dapat diukur baik dalam aplikasi spektroskopi dan pencitraan.
C. Waktu relaksasi longitudinal
T1 adalah waktu relaksasi longitudinal. Ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk suatu zat menjadi magnet
setelah pertama kali ditempatkan dalam medan magnet atau, sebaliknya, waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan magnetisasi longitudinal mengikuti pulsa RF. T1 ditentukan oleh interaksi thermal antara proton yang beresonansi dan proton lain serta inti magnetik lainnya di lingkungan medan magnetik atau "lattice". Interaksi ini memungkinkan energi yang diserap oleh proton selama resonansi menjadi tersebar ke inti lain dalam “ lattice ”.
Semua molekul mempunyai gerakan alami akibat getaran, rotasi, dan translasi. Molekul kecil seperti air umumnya bergerak lebih cepat, sehingga mereka memiliki frekuensi alami yang lebih tinggi. Molekul besar seperti protein bergerak lebih lambat. Ketika air yang diadakan dihidrasi lapisan di sekitar protein oleh hydrophilic side groups , gerakannya akan melambat
Waktu relaksasi T1 mencerminkan hubungan antara frekuensi gerakan molekuler tersebut dan resonansi (Larmor) frekuensi - yang bergantung pada medan magnet utama dari scanner MR. Ketika keduanya serupa, T1 pendek dan pemulihan magnetisasi berlangsung cepat; ketika mereka berbeda, T1 panjang. Molekul air kecil dan bergerak terlalu cepat untuk relaksasi T1 yang efisien, sedangkan protein yang besar bergerak terlalu lambat. Keduanya memiliki frekuensi alami sangat berbeda dari Larmor frekuensi dan dengan demikian mempunyai waktu relaksasi T1 yang lama. Kolesterol, mempunyai ukuran molekul yang medium, memiliki frekuensi alami dekat dengan yang digunakan untuk MRI dan memiliki T1 pendek ketika dalam keadaan cair . Jadi cairan kolesterol dalam craniopharyngiomas tampak terang pada T1Weigthing Image.
Air di fase sebagian besar (misalnya, CSF) memiliki waktu relaksasi T1 lama karena frekuensi gerakan alamnya jauh lebih tinggi daripada Larmor rentang frekuensi yang digunakan secara klinis. Namun, ketika CSF yang sama ini dipaksa keluar ke periventricular white matter (seperti edema interstisial karena obstruksi ventrikular) dengan waktu relaksasi T1 jauh lebih pendek .
T1-shorthening mencerminkan fakta bahwa air adalah sekarang dihidrasi lapisan di sekitar protein myelin bukannya di fase massal (figure2). Protein solusi (seperti abses dan tumor nekrotik) memiliki persentase lebih tinggi air di lapisan hidrasi lingkungan dan dengan demikian memiliki T1 lebih singkat bila dibandingkan dengan "pure" larutan berair seperti CSF.
Perdarahan subakut memilikiT1 lebih pendek daripada jaringan otak. Hal ini mencerminkan karakteristik paramagnetik besi di methemoglobin. T1-mentega dihasilkan oleh sebuah dipol-dipol interaksi antara elektron tidak berpasangan pada besi dan air paramagnetik proton dalam larutan. T1 pendek perdarahan subakut memungkinkan untuk memulihkan magnetisasi longitudinal relative sangat cepat terhadap otak. Dengan demikian, perdarahan subakut biasanya akan tampak lebih cerah dari otak .
Mekanisme dipol-dipol yang sama account untuk T1-shortening terlihat dengan media kontras MRI, gadolinium .
D. Waktu relaksasi transversal
T2 adalah waktu relaksasi transversal . Ini merupakan ukuran dari magnetisasi transversal berapa lama akan bertahan sempurna dalam medan magnet luar yang homogen .
Atau, itu adalah ukuran dari berapa lama proton beresonansi tetap koheren atau presesi/rotasi"in phase" mengikuti RF 90°. T2 decay disebabkan interaksi magnetik yang terjadi antara spinning proton. Tidak seperti interaksi T1, T2 interaksi tidak melibatkan transfer energi tetapi hanya perubahan fase, yang menyebabkan hilangnya koherensi.
T2 relaksasi tergantung pada kehadiran statis bidang internal dalam substansi. Biasanya ini karena proton pada molekul yang lebih besar. Ini diam atau medan magnet yang berfluktuasi perlahan-lahan menciptakan daerah setempat dari peningkatan atau penurunan medan magnet, tergantung pada apakah proton align dengan atau melawan medan magnet utama. Lokal field yang tidak seragam menyebabkan proton untuk presesi (memutar) pada frekuensi yang sedikit berbeda. Selanjutnya mengikuti pulsa 90°, proton kehilangan koherensi dan Jadi setelah 90°°magnetisasi transversal hilang. Hal ini mengakibatkan T2 * dan T2 relaksasi.
Ketika zat paramagnetik kompartementalisasi, mereka menyebabkan hilangnya koherensi secara cepat dan memiliki T2 * pendek dan T2.Magnetisasi terinduksi di dalam sel darah merah terdeoksigenasi lebih besar daripada dalam plasma di luar sel darah merah karena deoxyhemoglobin intraselular adalah paramagnetik. Ini kompartementalisasi zat dengan tingkat yang berbeda-beda menyebabkan magnetisasi terinduksi magnet yang tidak seragam dengan shortened T2 *, menyebabkan free inducation decay (FID) untuk decay lebih cepat. Sejak image gradien echo pada dasarnya image FID rephased , ini juga menyebabkan kehilangan sinyal pada image gradien echo. Dengan demikian pendarahan awal akut dan subakut (berisi deoxy dan intraseluler methemoglobin, masing-masing) tampak gelap pada T2-weighted gradient echo images Medan magnet yang berbeda di dalam dan di luar sel darah merah mengakibatkan dephasing yang cepat difusi proton air melintasi membran sel merah dalam hematom akut dengan sekunder T2-shortening dan hilangnya sinyal .
Frekuensi gerakan natural dari proton yang meningkat, T2 relaksasi menjadi kurang dan kurang efisien dan T2 menjadi panjang. Gerakan berfluktuasi yang cepat (seperti dalam cair) rata-rata keluar sehingga tidak ada bidang internal yang signifikan dan terdapat banyak keseragaman lingkungan magnet internal . Hidrasi-lapisan air di edema otak memiliki T1 lebih pendek dari fase bulk air seperti CSF, namun gerak proton di edema otak tidak terlalu pelan dan relaksasi T2 efisien, sehingga T2 tetap lama. Nilai untuk penampilan intens edema vasogenic terkait dengan tumor otak di T2-weighted MR image .
Faktor Teknis dan Lingkungan Dalam Menginstal MRI
Faktor Teknis dan Lingkungan
Peralatan MRI sensitif terhadap beberapa faktor lingkungan, dan potensi yang mengandung resiko berbahaya harus menjadi faktor dalam persiapan pemasangan Modalitas MRI.. Pemilihan lokasi dan persiapanya harus prospektif dan harus diperhitungkan untuk masing-masing faktor berikut :
Frekuensi radio (RF) Shielding
Semua peralatan MRI klinis saat ini membutuhkan Perisai Frekuensi Radio (RF) . Hal Ini melindungi secara insidentil untuk mencegah energi RF memasuki ruangan dan mengganggu proses akuisisi scan MR . Pelindung RF dapat terbuat dari lembaran tipis aluminium foil tembaga, baja galvanis atau aluminium. Perisai RF harus bersebelahan di semua sisi, lantai dan langit-langit juga Semua pintu dan jendela di ruangan scan MRI.
penetrasi ke sangkar pelindung RF ( termasuk power, HVAC , exhaust, pipa, dan
ledeng ) harus melalui penyaring RF khusus atau pemandu gelombang. pelindung RF biasanya tidak memberikan pelemahan dari medan magnet yang akan menembus bentuk standar konstruksi. Dalam hal ini, pelindung RF disediakan untuk fungsi peralatan MR berbeda dengan pelindung yang disediakan untuk peralatan sinar-X. Sedangkan pelindung yang disediakan untuk X-ray dipasang untuk mengandung potensi bahaya, pelindung RF untuk peralatan MR dimaksudkan untuk menjaga mengganggu sinyal keluar dari ruangan scan MRI dan tidak menyebabkan ganguan yang mengandung medan magnet dari MRI.
Frekuensi radio (RF) Shielding
Semua peralatan MRI klinis saat ini membutuhkan Perisai Frekuensi Radio (RF) . Hal Ini melindungi secara insidentil untuk mencegah energi RF memasuki ruangan dan mengganggu proses akuisisi scan MR . Pelindung RF dapat terbuat dari lembaran tipis aluminium foil tembaga, baja galvanis atau aluminium. Perisai RF harus bersebelahan di semua sisi, lantai dan langit-langit juga Semua pintu dan jendela di ruangan scan MRI.
penetrasi ke sangkar pelindung RF ( termasuk power, HVAC , exhaust, pipa, dan
ledeng ) harus melalui penyaring RF khusus atau pemandu gelombang. pelindung RF biasanya tidak memberikan pelemahan dari medan magnet yang akan menembus bentuk standar konstruksi. Dalam hal ini, pelindung RF disediakan untuk fungsi peralatan MR berbeda dengan pelindung yang disediakan untuk peralatan sinar-X. Sedangkan pelindung yang disediakan untuk X-ray dipasang untuk mengandung potensi bahaya, pelindung RF untuk peralatan MR dimaksudkan untuk menjaga mengganggu sinyal keluar dari ruangan scan MRI dan tidak menyebabkan ganguan yang mengandung medan magnet dari MRI.
Pasif Magnetic Shielding
Pelindung Magnetik pasif , biasanya disediakan dalam bentuk lembaran padat atau
dilaminasi paduan pelat baja , dapat diberikan selain pelindung RF melindungi untuk tujuan atenuasi jangkauan medan magnet luar ruangan pemeriksaaan MRI. Penentuan tempat yang sesuai secara efektif menyediakan pemisahan antara magnetis MRI dan peralatan yang sensitif atau daerah bahaya harus dapat diakses untuk mengurangi kebutuhan untuk melindungi magnetik pasif. Akan tetapi, ada kondisi di mana pelindung magnetik pasif adalah solusi desain yang lebih disukai. Persyaratan pelindung magnetik pasif akan bervariasi dengan kekuatan medan magnet , gradient spasial. orientasi medan magnet , dan secara berdekatan dengan peralatan magnetis yang sensitif. Hal ini perlu dipertimbangkan bahwa berat baja struktural pelindung mungkin diharuskan dimodifikasi .
Tidak seperti Pelindung RF, melindungi magnetik pasif tidak perlu bersebelahan pada semua permukaan dan dapat diterapkan satu atau lebih permukaan, baik interior atau eksterior ke Pelindung RF, untuk memberikan atenuasi medan magnet dalam arah yang dikehendaki,
Namun, perlu direkayasa untuk meminimalkan distorsi medan magnet di pusat MRI scanner. Ini mungkin memerlukan penempatan kompensasi atau menyeimbangkan baja berlawanan dengan permukaan penerima pelindung magnetik pasif untuk proses atenuasi .
Pelindung magnetik pasif berbeda dari pelindung magnet aktif , dimana untuk kontemporer MRI disediakan.Pelindung Aktif adalah serangkaian elektromagnet internal pada scanner MRI yang bertindak sebagai magnet 'sabuk', membatasi luas normal medan magnet.
Beberapa terlindung secara aktif -sistem MRI mempunyai mode kegagalan yang gagal melindungi secara aktif dan medan magnet 'blooms' secara signifikan lebih besar dari biasanya. Desain sebuah lokasi MRI dan pelindung magnetik pasif harus memperhitungkan peralatan yang berdekatan dan masyarakat umum dan faktor risiko paparan medan magnet, di bawah kondisi normal .
Toleransi Shim ferromagnetic
MRI tergantung pada volume ruang di dalam pusat MRI scanner mana medan magnet seragam dalam kekuatannya. Ferromagnetic bahan yang digunakan dalam kontruksi ruangan
MRI , khususnya di lantai ruang scanning MRI. Gangguan sejumlah kecil ferromagnetic gangguan sering dapat dikoreksi oleh scanner melalui proses yang disebut 'shimming. "jumlah besar gangguan ferromagnetic mungkin dapat mengurangi bidang pandang efektif untuk pencitraan dan dapat menurunkan kualitas klinis diagnostik gambar. Ganguan Shim dapat berdampak pada kualitas gambar ke titik di mana MRI mungkin tidak lulus persyaratan akreditasi yang ketat. Setiap sistem MR yang disediakan vendor toleransi shim untuk massa bahan ferromagnetic yang dapat ditempatkan dalam kedekatannya dengan MRI. Sebagai aturan umum, bahan non-ferromagnetic dianjurkan untuk konstruksi di langsung sekitar MRI scanner. Perubahan signifikan massa bahan ferromagnetic luar ruangan snanning MRI dapat mengharuskan shimming ulang untuk mengoreksi distorsi yang baru.
Moving Metal sensitivity
Sementara scanner MRI mungkin shimmed untuk mengoreksi statis atau bergerak bahan magnetik, benda logam bergerak dalam kedekatannya dengan pemindai MRI sama dapat memiliki efek mengganggu yang tidak dapat diperbaiki melalui shimming. Sumber gangguan logam bergerak dapat mencakup lift, mobil dan truk, kereta api, helikopter, bahkan gerobak yang menggelinding. Benda bergerak ferromagnetic objek dan jarak dari MRI adalah faktor-faktor dalam jumlah gangguan bahwa benda dapat menyebabkan. Yang terbaik adalah ruangan pemeriksaan MRI dari sumber logam bergerak logam. Jarak efektif yang diperlukan adalah dilarang oleh produsen peralatan MRI. Memindahkan gangguan logam dapat diperbaiki secara retroaktif, dalam banyak kasus, melalui pembatalan sistem magnetik aktif .
Namun, perlu direkayasa untuk meminimalkan distorsi medan magnet di pusat MRI scanner. Ini mungkin memerlukan penempatan kompensasi atau menyeimbangkan baja berlawanan dengan permukaan penerima pelindung magnetik pasif untuk proses atenuasi .
Pelindung magnetik pasif berbeda dari pelindung magnet aktif , dimana untuk kontemporer MRI disediakan.Pelindung Aktif adalah serangkaian elektromagnet internal pada scanner MRI yang bertindak sebagai magnet 'sabuk', membatasi luas normal medan magnet.
Beberapa terlindung secara aktif -sistem MRI mempunyai mode kegagalan yang gagal melindungi secara aktif dan medan magnet 'blooms' secara signifikan lebih besar dari biasanya. Desain sebuah lokasi MRI dan pelindung magnetik pasif harus memperhitungkan peralatan yang berdekatan dan masyarakat umum dan faktor risiko paparan medan magnet, di bawah kondisi normal .
Toleransi Shim ferromagnetic
MRI tergantung pada volume ruang di dalam pusat MRI scanner mana medan magnet seragam dalam kekuatannya. Ferromagnetic bahan yang digunakan dalam kontruksi ruangan
MRI , khususnya di lantai ruang scanning MRI. Gangguan sejumlah kecil ferromagnetic gangguan sering dapat dikoreksi oleh scanner melalui proses yang disebut 'shimming. "jumlah besar gangguan ferromagnetic mungkin dapat mengurangi bidang pandang efektif untuk pencitraan dan dapat menurunkan kualitas klinis diagnostik gambar. Ganguan Shim dapat berdampak pada kualitas gambar ke titik di mana MRI mungkin tidak lulus persyaratan akreditasi yang ketat. Setiap sistem MR yang disediakan vendor toleransi shim untuk massa bahan ferromagnetic yang dapat ditempatkan dalam kedekatannya dengan MRI. Sebagai aturan umum, bahan non-ferromagnetic dianjurkan untuk konstruksi di langsung sekitar MRI scanner. Perubahan signifikan massa bahan ferromagnetic luar ruangan snanning MRI dapat mengharuskan shimming ulang untuk mengoreksi distorsi yang baru.
Moving Metal sensitivity
Sementara scanner MRI mungkin shimmed untuk mengoreksi statis atau bergerak bahan magnetik, benda logam bergerak dalam kedekatannya dengan pemindai MRI sama dapat memiliki efek mengganggu yang tidak dapat diperbaiki melalui shimming. Sumber gangguan logam bergerak dapat mencakup lift, mobil dan truk, kereta api, helikopter, bahkan gerobak yang menggelinding. Benda bergerak ferromagnetic objek dan jarak dari MRI adalah faktor-faktor dalam jumlah gangguan bahwa benda dapat menyebabkan. Yang terbaik adalah ruangan pemeriksaan MRI dari sumber logam bergerak logam. Jarak efektif yang diperlukan adalah dilarang oleh produsen peralatan MRI. Memindahkan gangguan logam dapat diperbaiki secara retroaktif, dalam banyak kasus, melalui pembatalan sistem magnetik aktif .
Interferensi elektromagnetik
MRI elektronik sensitif terhadap distorsi dalam medan elektromagnetik. Kedekatan
tinggi ampere listrik, saklar listrik dan transformer, yang penting pertimbangan penentuan ruangan. Jarak yang efektif diperlukan antara peralatan MRI dan potensi sumber gangguan elektromagnetik yang dilarang oleh produsen peralatan MRI.
Getaran /Vibration
Sebagai tindakan MRI Radiofrequency tanggapan pada tingkat atom, getaran dapat menjadi sangat mengganggu proses MR.Gangguan getaran dapat berupa kiriman telegram melalui struktur bangunan baik dari eksternal ( lalu lintas kendaraan, konstruksi atau kereta api, misalnya) atau sumber internal ( pompa, motor atau kipas angin, misalnya ) ke peralatan MRI.Bila mungkin, dianjurkan untuk mengisolasi struktural ruang scanning MRI dari bangunan. Lantai ditinggikan, bagaimanapun, ini mungkin tidak dapat dilakukan. Sistem struktural harus dirancang dengan niat meminimalkan getaran dalam rentang frekuensi dan amplitudo yang ditetapkan oleh vendor MRI dimana diketahui akan mengganggu. Untuk retrofits peralatan MRI pada struktur yang ada, disarankan untuk melakukan pengujian getaran awal ruangan pada saat desain awal Banyak MRI vendor menawarkan solusi mengurangi getaran, tapi ini sering kali memiliki implikasi desain yang signifikan
Sound
Banyak kontemporer scanner MRI mampu menghasilkan tingkat tekanan suara baik di
kelebihan dari 110 desibel (dB), ambang nyeri manusia, selama prosedur scan tertentu dan
ada banyak laporan kerusakan pendengaran. Tanpa pertimbangan perancangan yang tepat, suara dari peralatan MRI bisa sangat mengganggu penghuni lain di gedung. Sama seperti
getaran dapat merambat melalui struktur bangunan untuk MRI, demikian juga, getaran frekuensi akustik dapat mengirim telegram melalui komponen-komponen bangunan ruang sekitarnya. Konstruksi secara detail serta pemilihan bahan bangunan harus dipertimbangkan secara hati-hati untuk memaksimalkan penyerapan dan disipasi kebisingan akustik dari peralatan MRI.
Suhu / Kelembaban
MRI scanner, dan peralatan komputer sering memiliki parameter yang ketat untuk suhu maksimum dan suhu minimum dan tingkat kelembaban relatif, serta perubahan jam maksimum. Batas ini mungkin lebih ketat daripada persyaratan untuk daerah sekitarnya. Tambahan pendinginan, humidification atau de-humidification mungkin diperlukan untuk area ini. Konsultasikan dengan vendor MRI kriteria lingkungan untuk penentuan ruangan dan operasional peralatan
MRI elektronik sensitif terhadap distorsi dalam medan elektromagnetik. Kedekatan
tinggi ampere listrik, saklar listrik dan transformer, yang penting pertimbangan penentuan ruangan. Jarak yang efektif diperlukan antara peralatan MRI dan potensi sumber gangguan elektromagnetik yang dilarang oleh produsen peralatan MRI.
Getaran /Vibration
Sebagai tindakan MRI Radiofrequency tanggapan pada tingkat atom, getaran dapat menjadi sangat mengganggu proses MR.Gangguan getaran dapat berupa kiriman telegram melalui struktur bangunan baik dari eksternal ( lalu lintas kendaraan, konstruksi atau kereta api, misalnya) atau sumber internal ( pompa, motor atau kipas angin, misalnya ) ke peralatan MRI.Bila mungkin, dianjurkan untuk mengisolasi struktural ruang scanning MRI dari bangunan. Lantai ditinggikan, bagaimanapun, ini mungkin tidak dapat dilakukan. Sistem struktural harus dirancang dengan niat meminimalkan getaran dalam rentang frekuensi dan amplitudo yang ditetapkan oleh vendor MRI dimana diketahui akan mengganggu. Untuk retrofits peralatan MRI pada struktur yang ada, disarankan untuk melakukan pengujian getaran awal ruangan pada saat desain awal Banyak MRI vendor menawarkan solusi mengurangi getaran, tapi ini sering kali memiliki implikasi desain yang signifikan
Sound
Banyak kontemporer scanner MRI mampu menghasilkan tingkat tekanan suara baik di
kelebihan dari 110 desibel (dB), ambang nyeri manusia, selama prosedur scan tertentu dan
ada banyak laporan kerusakan pendengaran. Tanpa pertimbangan perancangan yang tepat, suara dari peralatan MRI bisa sangat mengganggu penghuni lain di gedung. Sama seperti
getaran dapat merambat melalui struktur bangunan untuk MRI, demikian juga, getaran frekuensi akustik dapat mengirim telegram melalui komponen-komponen bangunan ruang sekitarnya. Konstruksi secara detail serta pemilihan bahan bangunan harus dipertimbangkan secara hati-hati untuk memaksimalkan penyerapan dan disipasi kebisingan akustik dari peralatan MRI.
Suhu / Kelembaban
MRI scanner, dan peralatan komputer sering memiliki parameter yang ketat untuk suhu maksimum dan suhu minimum dan tingkat kelembaban relatif, serta perubahan jam maksimum. Batas ini mungkin lebih ketat daripada persyaratan untuk daerah sekitarnya. Tambahan pendinginan, humidification atau de-humidification mungkin diperlukan untuk area ini. Konsultasikan dengan vendor MRI kriteria lingkungan untuk penentuan ruangan dan operasional peralatan
MRI Design Guide, Department of veterans affair. Whashington, 2008
Optimisasi Dosis CT
Manajemen Dosis membutuhkan kerjasama radiografer, dokter spesialis radiologi, administrator, dan fisikawan medis.
Kontribusi computed tomography (CT) telah berkembang secara luar biasa. Sejak tahun 1970-an dikenalkannya volumetrik scanning dalam bentuk rangkaian tunggal-slice akuisisi tambahan sepanjang sumbu longitudinal (the-z sumbu) pasien . Sebuah bank elemen detektor bersebelahan adalah tersusun sepanjang lingkaran gantry, memungkinkan interogasi dari jaringan di jalur balok berbentuk kipas di berbagai sudut. Sinyal yang dihasilkan dalam detektor oleh kuantitas sinar-x- dilemahkan secara diferensial oleh jenis jaringan konstituen iradiasi-menjadi raw data untuk rekonstruksi gambar.
Keterbatasan yang signifikan scanning incremental single slice berpengaruh pada volume parsial . Dalam pendekatan ini, data volumetrik mungkin tidak lengkap, di celah bisa ada di antara lembaran jaringan yang diiradiasi. Hal ini menyebabkan potensi kegagalan untuk menangkap lesi kecil, yang bisa terletak hanya sebagian di dalam volume diperiksa, dengan kontras dikurangi, atau diantara irisan berturut-turut. Selanjutnya dibutuhkan beberapa menit kemudian untuk menyelesaikan scanning single slice , dan scan protokol yang terbatas di kedua arus tabung serta scan yang panjang dengan kapasitas panas tabung sinar-x .
Pada pertengahan 1990-an dikenalkan CT Helical scanning single slice volumetrik tanpa kesenjangan interslice. Dalam mode ini, data diperoleh terus menerus dan selaras dengan translasi pasien menggunakan daya tinggi tabung sinar-x dan rekonstruksi alogaritma interpolasi untuk mengoreksi data proyeksi noncoplanar (helikal). Scanning lengkap dapat dicapai pada saat menahan nafas tunggal (single breath hold), aplikasi klinis CT sebagai modalitas diagnostik tumbuh untuk mencakup pemeriksaan anatomi yang membutuhkan interogasi secara cepat untuk menghindari perkaburan dari organ atau gerakan pasien.
Multidetektor CT (MDCT) diperkenalkan dalam dekade terakhir, saat ini fitur 2 sampai 64 multi detektor tersusun sepanjang sumbu-z. Inovasi ini memungkinkan secara simultan akuisisi data atenuasi yang sesuai dengan irisan beberapa yang berdekatan dengan pengurangan bersamaan dalam waktu scan. Terkait dengan munculnya MDCT telah mengembangkan lebar irisan submillimeter, rendering resolusi spasial yang tinggi di semua bidang dengan kata lain, resolusi isotropik. Imaging Submillimeter telah memungkinkan perluasan aplikasi MDCT untuk memasukkan mereka dengan modalitas pencitraan planar, angiografi paru tersebut untuk meeriksa emboli paru, pneumocolonography CT, dan pementasan onkologi. Selanjutnya, kemampuan ini merupakan prasyarat untuk rekonstruksi 3-D dan rekonstruksi multiplanar dengan kualitas gambar cukup tinggi untuk aplikasi seperti CT angiografi.
Pertimbangan Khusus
Dengan kemapanan inovasi utilitas klinis ini, frekuensi pemeriksaan CT telah meningkat lebih dari lima kali lipat di seluruh dunia dalam dekade terakhir. Selama interval waktu yang sama, CT telah memberikan kontribusi dosis kolektif penduduk yang terus bertambah. Meskipun pemeriksaan CT merupakan sekitar 11% dari semua prosedur pemeriksaan sinar-x di Amerika Serikat, modalitas ini telah diperkirakan akan memberikan lebih dari dua pertiga dari dosis radiasi total dari semua sumber pencitraan radiologi dengan menggunakan radiasi pengion.
Kerugian kesehatan akibat paparan radiasi pengion umumnya diklasifikasikan sebagai deterministik atau stokastik. Cedera deterministik mengakibatkan kematian sel secara signifikan seperti yang terlibat dalam produksi cedera kulit radiogenik , seperti eritema dan memiliki dosis ambang karakteristik , biasanya di urutan beberapa ratus rad. (Meskipun cedera tersebut jarang terjadi dalam prosedur diagnostik, mereka yang paling sering dilihat pada guiding intervensi fluoroskopi. Dengan munculnya fluoroskopi CT, bagaimanapun juga berpotensi pada pengiriman dosis kulit yang signifikan.) Efek Stokastik meliputi produksi kanker serta diwariskan dalam mutasi genetik. Risiko pengembangan radiogenik yang merugikan kesehatan biasanya dinyatakan dalam dosis efektif. Untuk prosedur sinar-x, efektif dosis yang diukur dalam satuan Sieverts (Sv) adalah dosis diserap ke pembobotan seluruh tubuh menurut sensitivitas radiasi dari jaringan yang berbeda diiradiasi. Dosis serap (energi yang diserap per satuan massa) untuk setiap volume jaringan yang diberikan biasanya dilaporkan dalam satuan Gy, dimana:
1 Gy = 100 cGy = 100 rad
Sejumlah metrik dosis yang berbeda khusus untuk CT , yang utama yaitu dosis indeks computed tomography (CTDI). Dikembangkan untuk aplikasi dalam single slice CT aksial, CTDI mengkuantifikasi dosis rata-rata single slice dalam serangkaian scan berdekatan. Ini tidak memperhitungkan scan gaps or overlaping , seperti yang dapat terjadi dalam scanning helical MDCT . Sebuah metrik yang berbeda, CTDIvol, menangkap dosis rata-rata dikirim ke scanning volume, dan dihitung sebagai CTDIvol = CTDIw / pitch (dimana CTDIw adalah CTDI rata-rata di bidang scan, yaitu perbedaan pembobotan rata-rata dosis pusat dan permukaan untuk protokol yang diberikan). Dosis efektif ini terkait dengan indeks dosis volumetrik ini melalui penentuan eksperimental faktor konversi yang terkait dengan scanning protokol untuk bagian tubuh yang berbeda. Faktor-faktor konversi yang biasanya dilaporkan dalam satuan dosis efektif:
(MSv) / produk dosis panjang (DLP) dimana DLP = CTDIvol x panjang scan
Pertimbangan Khusus tentang dosis CT harus diberikan untuk aplikasi pediatrik. Anak-anak khususnya menimbulkan peningkatan risiko relatif untuk orang dewasa karena radiosensitivitasnya lebih besar dan lebih lama masa hidup dimana cedera radiogenik bisa terwujud. Selanjutnya, karena ukuran organ yang lebih kecil pada umumnya, jumlah yang relatif lebih besar energi yang disampaikan per satuan massa (yaitu, dosis yang lebih besar) untuk teknik tertentu. Pertimbangan yang sama berlaku untuk orang dewasa kecil.
Sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap intensitas dosis CT:
1) Mode iradiasi. Berbeda dengan radiografi planar, yang planar oleh alam, melibatkan multi CT - iradiasi angular pasien. Akibatnya, dosis didistribusikan dengan intensitas dasarnya seragam di seluruh pesawat scan daripada dengan intensitas menurun dengan karakteristik kedalaman radiografi. Secara umum, pemeriksaan CT pada bagian tertentu anatomi memberikan dosis yang jauh lebih besar dari radiografi yang setara. Sebagai contoh, dosis efektif diberikan radiografi dan CT dari dada (PA) adalah sekitar 2 dan 800 mRem masing-masing. Besarnya Perbedaan dosis antara CT dan radiografi ada untuk jenis pemeriksaan lainnya.
2) Dosis ke jaringan extraneous. dosis relatif tinggi dikirimkan ke jaringan termasuk dalam pesawat scan tapi tidak kepentingan klinis, seperti payudara di CT thorak. dosis Payudara selama prosedur tersebut terletak dalam kisaran 2 sampai 10 rad dibandingkan dengan rata-rata rata dosis kelenjar sekitar 200 millirad per tampilan di mamografi. Dosis ke seluruh jaringan dalam bidang tampilan di CT maupun yang diiradiasi dengan radiasi sekunder (scatter internal dan eksternal dan kebocoran tabung) berkontribusi pad dosis efektif pasien.
3) volume jaringan Iradiasi. Dengan munculnya Helical MDCT dan waktu rotasi gantry subsecond , dan pilihan scan berdekatan atau tumpang tindih panjangnya scan lebih besar dapat dicapai dalam waktu yang semakin kurang dan mengakibatkan peningkatan seiring dalam total volume rata-rata jaringan iradiasi. Selanjutnya persyaratan untuk interpolasi profil transmisi dari scan yang berdekatan dalam scanning helikal pada gilirannya memerlukan tambahan rotasi gantry pada rentang scan ekstrem, sehingga volume jaringan yang terkena lebih besar dari volume direkonstruksi. Jenis augmentasi dosis ini diperparah dengan meningkatnya lebarnya aperture .
4) Sifat pembentukan gambar CT. Modalitas yang menggunakan media perekaman gambar dengan rentang dinamis yang terbatas-seperti layar film radiografi telah dikaitkan dengan mereka batas-batas dosis yang dapat direkam tanpa kehilangan informasi.Dalam CT bagaimanapun adalah modalitas imaging inheren digital yang tidak ada pinalti dosis tersebut. Kualitas foto di CT akan meningkat dengan meningkatnya dosis sebagai tingkat Poisson-penurunan distribusi noise.
5) Scanning protokol Nonoptimized. Dosis survey1 CT NRBP Inggris menunjukkan bahwa dosis pasien-dosis efisien untuk pemeriksaan yang sama bisa bervariasi hingga faktor 10 antar instansi. Namun, besarnya variabilitas merupakan peningkatan yang signifikan dalam temuan dari survei tahun 1991 oleh kelompok yang sama di mana variasi dosewise atas perintah faktor 40 ditemukan. Perubahan ini, di bagian, hasil kesadaran muncul dari beban radiasi yang dikenakan oleh CT dan penerapan strategi mengurangi dosis berdasarkan usia pasien, habitus tubuh, dan jenis jaringan yang akan dicitrakan.
Dosis Manajemen
Mengingat utilitas CT terbukti dalam memberikan informasi diagnostik secara lengkap pada penyakit ganas dan jinak, tujuan pengelolaan dosis dalam konteks pencitraan medis melibatkan optimasi dosis, bukan hanya pengurangan titik akhir yang menyediakan konten informasi diagnostik maksimum (yaitu , kualitas gambar) pada dosis serendah mungkin. Hubungan antara kualitas gambar dan dosis di CT relatif kompleks, yang melibatkan interaksi dari sejumlah faktor, termasuk kebisingan, resolusi aksial dan longitudinal, dan lebar irisan. Berikut ini adalah gambaran dasar dari parameter yang berdampak dosis dan kualitas gambar, serta menyediakan template untuk evaluasi scanner tujuan yang berbeda atau protokol dalam rangka optimasi dosis.
1) Scanner-Design Parameters.
Scanner geometri. Scanner geometri khususnya, fokus ke isocenter dan jarak fokus ke detektor menentukan pengaruh foton pada pasien dan oleh karena itu, sangat berguna dalam penciptaan dari suatu gambar. Scanner 'geometri pendek' A “ berdasarkan hokum kuadrat terbalik” akan memberikan lebih banyak foton x-ray dan kualitas gambar lebih tinggi pada dosis yang lebih tinggi dari pada scanner yang dinyatakan setara 'geometri panjang' menggunakan scan yang sama. Makan perbedaan dalam geometri scanner harus diperhitungkan dengan penerapan scan protokol yang diberikan kepada model scanner yang berbeda.
Efisiensi detektor geometris. Semua scanner multidetektor memiliki pengukuran yang simultan dari profil beberapa dosis secara berurutan tersusun sepanjang sumbu z pasien. Karena kesulitan yang dihadapi dalam kalibrasi sistem multi-detektor yang dihasilkan dari pemaparan dari detektor terluar ke focal spot penumbra (bayangan) radiasi, sistem ini biasanya menggunakan 'overbeaming' dimana lebar yang diiradiasi bagiannya lebih lebar daripada lebar detektor aktif. Dalam sistem ini maka efisiensi kemampuan geometris untuk menangkap semua informasi insiden (kuanta sinar-x) untuk pembentukan gambar-kurang dari 100%. Untuk efisiensi geometris kurang dari 100%, dosis penumbra adalah 'terbuang' sehubungan dengan rekonstruksi citra, namun tetap memberikan kontribusi untuk dosis pasien.
Kontribusi relatif dari umbra dan penumbra ditentukan sebagian dengan scanning geometri khusus, jarak dari focal spot dan balok membentuk filter. Pada akhirnya, penumbra meluas 1,0-1,5 mm pada kedua sisi balok penuh (umbra); efisiensi geometrik scanner single slice pada umumnya100 %. Untuk scanner multidetektor efisiensi geometrik adalah fungsi kuat dengan lebar aperture (bagian tebal nominal x jumlah detektor aktif), dengan lebar yang sempit yang paling efisien.
Efisiensi Geometris dapat didekati untuk semua jenis scanner dan konfigurasi detektor sebagai:
lebar aperture (mm) / [lebar aperture + 2xlebar penumbra ]
Dengan asumsi lebar penumbra dari 1,5 mm, ketebalan bagian 0,5 mm, dan lebar collimation (aperture) 2 mm (yaitu, konfigurasi detektor 4 x 0,5 mm-khas scanner empat-slice), efisiensi geometrik akan berkisar 40%. Perhatikan bahwa untuk scanner 16-slice menggunakan lebar lobang 8 mm untuk ketebalan bagian yang sama (0,5 mm), efisiensi geometrik akan lebih besar dari 70%.
2) Scanning Parameter.
Tegangan dan arus Tabung. Radiasi output dan penetrasi berkas yang proporsional untuk Scan kVp. Secara khusus, output meningkat seiring kVpn sehingga modifikasi yang signifikan dalam dosis dari pemeriksaan CT dapat dipengaruhi oleh penurunan kVp. Misalnya, pengurangan kVp 120-80 dalam scanning abdomen anak akan menghasilkan penurunan dosis semua parameter lain yang sama lebih dari faktor 3. Namun, penurunan kVp dapat menghasilkan peningkatan noise tanpa kompensasi kenaikan mA, dan dapat sepenuhnya diterima bila pencitraan pada habitus pasien yang besar dan / atau bagian tebal anatomi, atau ketika pencitraan jaringan atau penyakit dengan kontras inheren sangat rendah. Jika mA meningkat, maka harus ditingkatkan hanya cukup untuk mencapai tingkat pendeteksian lesi yang sama saat mencapai dosis yang lebih rendah.
Rotasi waktu. Kombinasi kecepatan scanning subsecond dan lebar scan submillimeter scan dimungkinkan oleh kemajuan teknologi gantry MDCT, menyajikan masalah yang unik dalam optimasi dosis. paparan radiasi dari setiap scanning bagian ini sebanding dengan produk mA dan waktu rotasi gantry (MAS). Meskipun dalam scanning cepat kecepatan mengurangi waktu paparan secara keseluruhan dan dosis, tingkat noise akan meningkat tanpa peningkatan arus dalam tabung . Peningkatan tingkat noise akan mengurangi lesi kecil yang dicurigai. Namun, seperti ditunjukkan sebelumnya, tipis-bagian scanning memungkinkan untuk pengentasan pengaruh secara volume parsial yang dapat berfungsi untuk mengimbangi peningkatan noise.
Hubungan antara dosis, lebar aperture (collimation), kecepatan meja , pitch, dan algoritma interpolasi. Untuk helical MDCT , konsep mAs efektif (mAs / pitch) berguna untuk menjelaskan hubungan antara teknik scan dan paparan radiasi. Di sini, pitch didefinisikan sebagai rasio kecepatan meja per rotasi gantry untuk aperture lebar. Pitch lebih besar dari 1 mengurangi paparan yang diberikan pada bagian yang discan, tetapi dengan kehilangan resolusi dan terjadi peningkatan noise. Pitch kurang dari 1 meningkatkan eksposi akibat overlaping tumpang pada berkas helikal. mAs Efektif kemudian dapat digunakan untuk membangun skala dosis relatif, dengan meningkatnya dosis pasien dengan total volume diiradiasi yang pada gilirannya sebanding dengan mAs efektif. Untuk MDCT, jumlah data set sepanjang sumbu z adalah variabel pitch yang berbeda. Data diinterpolasi lebih dari jarak tetap, dari pada tetap jumlah titik data (proses yang disebut sebagai z-filtering), seperti yang lebar irisan yang sama dan karakteristik noise dapat dicapai tanpa pitch.
Rekonstruksi filter. Noise Gambar dan resolusi spasial sangat ditentukan oleh pilihan kernel konvolusi. Filter ini pada berbagai tingkat menekan pengaruh noise dan peningkatan resolusi secara khusus untuk tugas pencitraan , standar, jaringan tulang, soft tisu, dan paru-paru, Misalnya Kemampuan suatu rekonstruksi filter tertentu untuk mereproduksi subyek inhern dalam foto sebagai fungsi dari frekuensi spasial diukur oleh fungsi transfer modulasi (MTF).
Pendekatan untuk Optimasi Dosis
Kuantitatif. Berbagai tokoh merit (FOM) telah dikembangkan untuk mengukur kualitas gambar berdasarkan resolusi, dosis, lebar bagian, dan noise. Satu FOM tersebut adalah Q, yang berkaitan numerik parameter untuk kualitas gambar sebagai
Q = √ [f3 av/σ2 z1 CTDIvol]
mana f3av adalah resolusi spasial rata-rata (yaitu, nilai rata-rata 10% dan 50% MTF ), s adalah persen noise gambar , dan z1 adalah lebar dari profil irisan tergambar. Pendekatan ini memerlukan pengukuran noise dan resolusi spasial untuk berbagai filter rekonstruksi pada dosis tetap (CTDIvol) dan lebar irisan. Salah satu pendekatan untuk tujuan optimasi dosis diatasi ketika dosis di mana noise dan resolusi diukur terkendala menjadi kurang dari atau sama dengan Referensi tingkat dosis American College of Radiologi (kepala [otak]: 60 mgy; tubuh orang dewasa: 35 mgy ; dan pediatrik tubuh: 25 mgy).
Faktor-Faktor Penyebab CT Intensitas Dosis
1. Cara iradiasi Multi angular .
2. Dosis untuk jaringan extraneous.
3. Iradiasi meningkatkan volume jaringan dengan lebar aperture dan scan berdekatan.
4. pencitraan digital tidak membawa pinalti dosis: meningkatkan kualitas gambar dengan tingkat dosis.
5. penyedia Imaging tidak mengoptimalkan protokol scanning.
Terapan. Di US Food and Drug Administration Kesehatan Masyarakat Pemberitahuan November 2001,2 ditekankan bahwa mitigasi dosis signifikan CT dapat dicapai oleh fasilitas dengan penerapan konsep manajemen dosis mendasar:
1. mengoptimalkan scan parameter dengan mengurangi tabung saat ini, baik sebagai pilihan dapat dipilih oleh pengguna scan atau dengan memilih scanner yang menampilkan modulasi sudut dan z-sumbu mA sesuai dengan ketebalan jaringan sepanjang proyeksi yang diberikan;
2. mengembangkan pedoman ditabulasikan untuk pengaturan tinggi dan arus disesuaikan dengan berat badan;
3. meningkatkan tabel kenaikan atau pitch (aksial dan heliks scan, masing-masing) jika memungkinkan tanpa mengurangi kualitas gambar;
4. mengurangi jumlah scan multifasa; dan
5. mengurangi arahan yang tidak tepat dan merekomendasikan modalitas intensifyang memberikan dosis yang sedikit seperti MRI, ultrasound, dan radiografi-bila memungkinkan.
Pada akhirnya, manajemen dosis CT membutuhkan tim profesional-teknolog, dokter, administrator, dan fisikawan medis-untuk memastikan bahwa penggunaan paling efektif dan bijaksana alat diagnostik yang luar biasa.
Langganan:
Postingan (Atom)